Pages

Selasa, 15 November 2011

Palsu

anti-love12.gif
Liburan panjang berakhir. Dan hari ini, saatnya aku bersekolah dan memasuki kelas 9 untuk pertama kalinya. Yah inilah aku, perempuan bertubuh gemuk, dengan rambut sebahu yang berkartu pelajar “Iccalana Thaliyah” teman-teman memanggilku Ica. Saat menjalani hari pertama di kelas 9, tepatnya di kelas 9c. aku tidak merasakan sesuatu yang special. Seperti awal-awal tahun pelajaran sebelumnya, aku bertemu dengan lingkungan baru, teman baru, dan tentunya beradaptasi lagi.
Di kelas 9c, aku telah memiliki seorang teman dekat, Dini namanya. Dia menjadi teman sebangku sejak kelas 7, dan sekarang, dia menjadi teman sebangkuku lagi.
##
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Akupun mulai akrab dengan teman-teman sekelasku. Aku juga mulai akrab dengan teman yang duduk tepat di depanku, Sari namanya. Pada saat pertama aku melihatnya, aku berpukir bahwa dia anak yang sombong, centil, dan sebagainya. Tetapi setelah berkenalan dekat dengannya, ternyata apa yang menjadi pikiranku pada saat awal aku mengenalnya, salah total. Dia anak yang baik, dan mudah diajak bercerita, dan aku suka itu.
##
Tugas datang, dan ternyata aku satu kelompok dengan Sari. Dimana tugas itu harus mencari sumbernya di internet. Sari ingin mencari sumber itu di internet, tetapi dia tidak memiliki flashdisk, sedangkan aku punya. Sehingga aku meminjamkan flashdisk ku kepadanya.
Setelah 3 hari ia meminjam, aku menagih flashdisk milikku “Sar, FDku mana?”. “lho, maaf yaa Ica, ketinggalan di rumah ternyata,” Ujar Sari. Akupun memaklumi dan memintanya untuk mengembalikan flashdisk milikku besok.
Besoknya, aku menagih flashdiisk milkku kepada Sari lagi. Tapi untuk yang kedua kalinya, dia menjawab ketinggalan di rumah. Dan akhirnya kejadian itu berulang-ulang sampai 6x.
Setelah 6x itu, Sari mengaku bahwa flashdisk milikku telah dihilangkannya, tetapi ia berjanji bahwa ia akan menggantinya.
##
1 minggu kemudian, Sari mengganti flashdisk ku dengan flashdisk yang baru. Sejak kejadian itu, aku mulai mempercayainya. Aku dan saripun semakn dekat. Aku sering main ke rumahnya, dan sebaliknya, Sari juga sering main ke rumahku. Akupun bercerita, kalau aku pernah dekat dengan seseorang, yang baru kusadari adalah tetangga dari Sari.
Sejak aku bercerita kepada Sari tentang seseorang yang pernah dekat denganku itu, Sari bercerita banyak hal tentang seseorang tersebut, sebut sajalah namanya Rian. Mas Rian, biasa aku memanggilnya. Sari bercerita bahwa, Mas Rian kangen lah, minta fotokulah. Dan akupun mempercayai semua omongan Sari tentang Mas Rian.

##
Hari berganti, aku mulai merasakan sesuatu yang aneh pada Sari. Jika dia mau bercerita, dia selalu berhenti sejenak untuk berpikir. Entahlah, mungkin dia hanya mengingat-ingat cerita itu. Semakin lama aku berteman dengan Sari, aku merasa dia membawa pengaruh buruk buatku. Aku semakin sering pulang sore, gara-gara main seharian dengannya. Nilaikupun mulai merosot. Sewaktu aku main dengannya, jika waktunya sholat, dia tak pernak sholat. Tapi Alhamdulillah, aku tetap sholat. Padahal sebelum mengenalnya dengan dekat, aku berpikir bahwa dia adalh anak yang sholehah. Setiap kali aku mengingatkannya tentang sholat, dia selalu berkata “males!”. Entahlah, aku capek mengingatkannya.
##
Saat memasuki semester 2, aku merasa kasihan dengan Sari, karena ia tidak mempunyai ponsel. Selama ini aku mempunyai ponsel, tapi tidak pernah menggunakannya karena aku tidak suka memakai ponsel. Akhirnya, karena rasa kasihan yang memuncak, aku meminjamkan ponselku kepada Sari. Ketika aku meminjamkan ponselku kepada Sari, ia terlihat sangat senang, dan akupun senang J
####
1 minggu berlalu, Sari masih membawa ponselku. Sari beralasan “Icca, maaf yaa, ponselmu dibawa sama Mas Rian”. “Kok bisa?” jawabku. “Mas Rian tidak yahu kalau itu ponselmu, dan dia tidak sengaja membawanya ke Lombok, dia rekreasi disana”. “hmm yasudalah tidak apa-apa, kalau sudah pulang, langsung dikembalikan ya? Kataku. “siip, makasih yaa!” ucap Sari.
Setelah 3 hari Mas Rian rekreasi di Lombok, ponselku tak kunjung kembali. Sari selalu beralasan aneh-aneh dan semua bersangkutan dengan Mas Rian, dan bodohnya aku percaya. Mulai dari kecelakaan lah, ngganti layar ponselku sampai habis Rp 600.000 lah, kakinya patah lah. Semuanya aku percaya! Saat aku mau menanyakan hal itu kepada Mas Rian, Sari berkata bahwa kartu SIM ponsel Mas Rian, telah dibuang oleh Mas Rian. Hmmm... yasudahlah, aku mempercayai Sari.
#######
1 bulan lamanya, ponselku masih dipinjam oleh Sari. Ketika aku menanyakan ponselku, ia selalu mengelak dan memberi alasan yang aneh-aneh. Karena aku sudah terlalu sering dimarahi oran tuaku karena meminjamkan ponselku kepada Sari, aku mengambilnya dengan paksa. Aku sudah mulai ilfeel (ilang feeling) dengan Sari.
Hingga akhirnya perpisahan SMP, aku berlainan sekolah dengan Sari.
Aku jarang ada kontak dengan Sari, aku mulai membencinya. Dan saat hari Raya Idul Fitri tiba, aku mengirim sms ke semua nomor di kontakku, salah satunya Mas Rian. Ternyata pesanku terkirim! Padahal Sari pernah bilang bahwa kartu SIM ponsel Mas Rian telah dibuang. Hmnmmmm.. aku merasa dibohongi!
Lalu aku bertanya tentang kebenaran cerita yang pernah diceritakan Sari, tentang Mas Rian kepada Mas Rian sendiri. “ponsel? Lombok? Aku nggak pernah ke Lombok dek, tau bentuk ponselmu aja nggak” ucap Mas Rian. Mendengar perkataan itu, aku shock! Aku tidak menyangka, semua perkataan hanya BUALAN BELAKA!!!!! Aku meras dibodohi olehnya!! Padahal aku sangat tuluuuus sekali berteman dengannya! Aku sangat ikhlas meminjamkan ponsel kepadanya!! Tapi nyatanya apa?! Sari hanya memanfaatkanku!! Dia membohongiku!!! Dia membodohiku!! Aku tidak menyangka bisa dibohongi sampai seperti ini OLEH TEMANKU SENDIRI!!!!!
Sejak kejadian itu, aku benar-benar tidak ada kontak dengan Sari. Aku tetap mengetahui kabarnya lewat temanku yang satu sekolah dengan Sari. Tapi entah, Sari bertanya-tanya tentang kabarku atau tidak. Aku tidak berharap apa-apa, aku hanya ingin dia sadar dan berhenti membohongi orang.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...